Laporkan Penyalahgunaan

Featured Post

Tags

Categories

ABOUT ME

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Template

Facebook

Most Popular

Langsung ke konten utama

[NOVEL] Semua Tempat Punya Cerita, Last Minute in Manhattan & Paris

Percayakah kamu bahwa setiap tempat punya cerita? Bisa jadi cerita itu sederhana, sesuatu yang mungkin saking biasanya hingga tak pernah terpikirkan. Sebuah kota, tempat pariwisata, sudut jalan, Museum, pasar, bahkan toilet bisa punya ceritanya sendiri. 

Mungkin inilah yang menginspirasi penerbit Gagas Media dan Bukune untuk membuat proyek "Setiap Tempat Punya Cerita". Dua penerbit yang berkakak-adik ini menerbitkan novel-novel berlatar belakang sebuah kota atau negara dimana tempat-tempat itu membungkus sebuah kisah. Bulan ini mereka mengeluarkan dua buah novel dengan tema itu. Kedua novel itu sempat membuat saya penasaran dan akhirnya termakan twit-twit promo mereka ( yahh saya pembaca yang gampang dibujuk). And here they are, kedua novel itu..

1. Last Minute in Manhattan (Yoana Dianika, Bukune)


Don't judge the book by its cover. Sepertinya pepatah itu sudah tidak bisa diterapkan lagi untuk buku-buku jaman sekarang. Betapa tidak, cover buku-buku khususnya novel-novel jaman sekarang itu sangat menarik. Saking menariknya sampai-sampai lebih menarik dibanding isi novelnya sendiri. Salah satu contohnya adalah novel Last Minute In Manhattan ini. 

Novel ini sebenarnya punya kisah yang klise dan konfliknya pun sangat sederhana. Callysta, si pemeran utama, adalah seorang perempuan kelas 3 SMA yang baru saja diselingkuhi pacarnya yang cakep bernama Abram. Disaat patah hati ternyata ayahnya berniat menikah dengan seorang perempuan asal California yang juga punya seorang anak bernama Mark. Demi menghindari Abram dan ingin menyembuhkan sakit hatinya Callysta pun setuju pada tawaran ayahnya untuk pindah ke California. Disana dia diperkenalkan pada Vesper Skyllar,sahabat saudara tirinya,Mark. Love at the first sight pun terjadi. Cally dan Sky pun mulai dekat dan saling menyukai. Sayangnya disaat hubungan mereka sudah semakin dekat Sky membuat masalah dengan becanda di stall kuda dan mengakibatkan kuda yang sedang sensitif itu merusak topi rajut warisan nenek Callysta. Cewek ini pun marah dan membenci Sky. Karena merasa bersalah Sky pun diam-diam belajar merajut untuk membuatkan Cally topi pengganti. Disaat mereka sedang perang dingin Mark sebagai adik dan sahabat mereka berniat mendamaikan mereka. Mark mengusulkan pada Sky agar ia pergi ke Prom night bersama Cally. Sky pun setuju begitupun Cally yang diam-diam juga rindu setengah mampus pada Sky. Sayangnya di malam Prom, Sky malah kepergok jalan bareng dengan Rachel yang dari awal sering digosipkan berpacaran dengan Sky.  Mark pun tidak terima dan menghajar Sky. 

Sementara itu Cally yang merasa kecewa dan patah hati untuk kedua kalinya mendengar selentingan miring tentang Sky. Cowok itu digosipkan sebagai seorang junkie dan menghabiskan malam bersama Rachel. Sakit hati atas semua itu Cally pun memutuskan untuk melupakan Sky. Mark yang tidak tahan dengan kondisi hubungan Sky dan Cally berusaha mendamaikan mereka kembali. Mark pun mengajak Cally traveling ke Silicon Valley dimana tanpa sepengetahuan Cally, Sky telah menunggu di salah satu kantor software terbesar disana. Disaat Mark ingin mempertemukan mereka ternyata tak disangka Cally malah bertemu dengan Abram yang ternyata tetap keukeuh ingin balikan dengan Cally. 

Which one Cally will choose? Jawabannya silahkan baca sendiri yah.. 

Kisah cinta segitiga memang sudah sering dikisahkan berulang-ulang. Diselingkuhi pacar, ketemu cowok baru, mantan pengen balikan dan seterusnya dan sebagainya pun sudah sering diangkat. Disinilah kreativitas penulis diuji bagaimana membuat sesuatu yang baru dari hal yang sudah dikisahkan berulang kali. Nah, disinilah keistimewaan novel ini. Disini tak melulu bicara tentang percintaan remaja beranjak dewasa. Lokasi cerita pun dituliskan sedemikian rupa hingga ada hal lain yang menarik minat pembaca. California, hampir semua orang tahu itu adalah negara bagian di Amerika Serikat. Pemilihan kota Hermosa yang jarang dijadikan latar belakang kisah menjadi hal yang memberi point tersendiri. Kisah tak melulu berkutat di kawasan Hermosa, tapi berpindah ke Santa Cruz, San Fransisco hingga New York. Setiap tempat membalut novel ini dengan kisahnya masing-masing. Satu hal lain yang membuat novel ini menarik adalah ilustrasi gambar diawal setiap chapter. Penulisnya pun menyisipkan potongan-potongan lirik lagu ( Jpop yang sebenarnya kurang nyambung dengan lokasi cerita) atau quote-quote diantara ilustrasi gambar tersebut. Cantik! Novel ini pun berbonuskan pembatas buku berbentuk postcard. Ini Mengingatkan saya pada proyek novelku yang akhirnya terbengkalai gegara teman yang jago gambar pindah tugas ke kota lain. Yah.. ada yang mendahului  ( curcol dikit boleh dong!) 

Anyway, setiap novel tentu ada kekurangannya. Bagi saya ada beberapa hal yang bikin saya sering mengangkat alis sendiri (yalah,masak angkat alis kamu). Misalnya si tokoh Mark yang berumur gak lebih dari 18 tahun tapi penuh dengan petuah petuah bijak layaknya orang tua.Sepertinya dia sudah kenyang asam garam kehidupan atau terlalu sering berenang mencicipi air laut pantai Hermosa yang asin? I don't know.. The conflict is also too cliche and a little bit bored. Gak tahu ya, apa mungkin karena saya sudah bukan anak SMA lagi jadi menganggap kecelakaan topi rajut warisan nenek yang terseret kuda dengan tidak sengaja bisa membuat seseorang benci setengah mati pada orang lain yang menyelamatkannya. Lalu di jaman internet canggih seperti ini dimana om Google baik banget ngasih informasi kok ya gak tahu letak suatu tempat, berapa jaraknya dan Silicon Valley itu tempat apa sihh.... 

Well, maybe i'm too much reading books so this novel like a cliche story for me. Or maybe i'm too mature for this kind of novel? :D Maybe.. Toh layaknya setiap tempat punya cerita, setiap pembaca pun punya ekspektasi mereka masing-masing. Gak salah kan?

2. Paris Aline ( Prisca Primasari , Gagas Media ) 


Don't judge the book by its cover. Sekali lagi, i warn you (and i warn myself everytime i go to bookstore). Apalagi dengan peraturan toko buku yang seringkali menempelkan secarik kertas bercetak "Terima Kasih Untuk Tidak Membuka Segel", Uh.. pembaca harus pintar pintar menentukan buku manakah yang perlu dibelinya ( dan pintar pintar bagaimana membuka segelnya dengan cantik). Jangan juga terlalu percaya dengan cover back story yang terkadang terlalu galau itu. Read the two paragraph randomly is always helping to decide whether you need to buy a book or just skip it. 

Anyway, Paris Aline inilah salah satu contohnya. Covernya sederhana dan bisa saja tertutupi oleh keindahan dan ke-"cute"an sampul-sampul novel lainnya. Warnanya Hijau, dengan tulisan PARIS berwarna merah. Sebuah stempel "Setiap Tempat Punya Cerita" menjadi penanda bahwa novel ini adalah salah satu proyek Gagas Media-Bukune yang sering beredar di timeline twitter. Saya memutuskan untuk membeli ( dicatat yah,dibeli bukan numpang baca!) setelah mengintip isinya. Tentu saja saya harus membuka segel plastiknya dengan niat "kalau gaya penulisannya tidak menarik novel ini akan saya masukkan lagi kedalam bungkus plastiknya dengan hati-hati dan serapih mungkin". Ternyata...

Saya tertarik. 
Secara acak saya membuka buka halamannya dan membaca cara penulisannya. Menarik. Huruf tidak terlalu kecil dan rapat, ada ilustrasinya bak stationery dari Korea yang lucu-lucu itu dan hey! Ada postcardnya juga.. Akhirnya saya membawa novel ini ke kasir dan membacanya dalam perjalanan pulang. 212 halaman yang layaknya Diary ini tuntas dengan kepuasan tersendiri. 

Paris.. Top of mind kebanyakan orang tentang kota ini adalah "Menara Eifel" lalu disusul "Kota Romantis". Di novel yang bersetting kota Paris ini jangan berharap adegan pertama langsung disuguhi moment romantis lengkap dengan menara Eifell nya. Sudah pernah dengar Place de la Bastille? Salah satu tempat paling berhantu di Paris ini menjadi tempat pertama kalinya sang peran utama Aline,si mahasiswa pasca sarjana Sorbonne bertemu dengan peran utama pria, Sena, seorang Indonesia yang sudah delapan tahun tinggal disana. Awalnya Aline yang sedang patah hati karena cowok teman sekerjanya di sebuah bistro pacaran dengan sesama teman kerja mereka. Tak sanggup menghadapi kenyataan yang begitu membuatnya sedih dan patah hati dia memutuskan untuk minta libur selama seminggu. Dalam perjalanan menuju apartemennya, disebuah sudut bangku taman ia menemukan pecahan porselan. Usut punya usut ternyata porselen itu adalah milik seseorang bernama Sena dan ia orang Indonesia. Setelah dihubungi via email Sena pun mengusulkan untuk bertemu di Place de la Bastille jam 12 malam. Tengah malam di tempat berhantu,perempuan,sendirian pula ternyata tidak membuat Sena berpikir dua kali ketika membatalkan janjian mereka yang pertama, begitupun yang kedua. Tapi Sena bukanlah tipe orang yang tidak tahu berterima kasih apalagi suka merepotkan orang lain. Asalkan porselen itu sampai ke tangannya, Aline bisa minta apa saja pada Sena. Apa saja.

Aline punya tiga permintaan. 
Ketika akhirnya mereka bertemu kembali Aline pun memutuskan untuk meminta tiket pesawat pulang kembali ke Indonesia. Aline merasa tak lagi nyaman berada di Paris. IPnya tak pernah bagus, temannya tak pula banyak dan tentu saja ada sedikit unsur patah hati di dalamnya. Aline rindu rumah, dia rindu mamanya. Sena pun mengusulkan jika hanya rindu mama, mengapa bukan mamanya yang datang ke Paris? Sena bersedia menanggung biaya perjalanan pulang pergi. Aline pun setuju. 

Trus selesai gitu? Konfliknya mana?
Tenang.. Aline masih punya permintaan kedua. Aline ingin Sena membantunya agar cowok teman sekerjanya ( yang dipanggilnya ubur-ubur) itu putus dengan pacarnya. Lalu ada Ezra, tetangga apartement yang diam-diam juga menyukai Aline. Lalu ada misteri yang disimpan Sena yang membuat Aline akhirnya ikut terlibat. Aline malah sempat berpikir dia sakit jiwa karenanya. Siapakah Sena sebenarnya? Berhasilkah Aline merebut si Ubur-ubur dari pacarnya? Apa pula maksud Ezra pada Aline?

Ah... 
Baca novel ini seperti baca diary,karena memang disettingnya seperti itu sih. Dari hari ke hari, satu tempat ke tempat yang lain. Menyusuri tempat-tempat menarik dan "menarik" di Paris dan menemukan kisah cinta tak selamanya romantis walaupun itu terjadi di Paris. Ending bisa jadi tertebak pada siapa hati Aline akan menepi. Toh, novel ini menarik dibaca karena permainan kata-kata dan ilustrasi isinya yang menarik. Ringan tapi tidak cheesy. Romantis tapi tidak picisan. Love is scattered in the air along with the scent of Paris. 

**


Setiap tempat memang punya cerita. Sepotong kisah cinta bisa terjadi dimana saja. Jadi mau jalan-jalan kemana kita? Aku mau jalan-jalan ke hatimu saja.. Get lost in love.. 

XoXo


Komentar